"Menurutmu, apa kamu percaya kalau video ini nyata dan bukan cast film?" tanya Monica tiba-tiba.
Mendengar kalau aksinya semalam disangka rekaan. Adi bukannya kesal malah ikut menambahkan.
"Kurasa itu hanya kerjaan orang iseng, yang ingin terkenal seperti beberapa jagoan yang sudah viral." jawab Adi.
Kali ini Monica merasa respon Adi cukup masuk akal. Tapi dia juga meragukan kalau itu hanyalah Casting atau keisengan.
"Tapi untuk ukuran sebuah pemeran film atau keisengan, pria bertudung itu melakukan gerakannya sempurna sekali. Seolah dia telah dilatih sedemikian rupa, aku coba memutar ulang video beberapa kali untuk melihat kalau itu editan tapi hasilnya nihil. Tidak ada yang menyakinkan diriku kalau itu adalah hasil editan." balas Monica.
Adi kini mengerti kenapa tadi Monica tampak memaju mundurkan video tersebut. Rupanya dia mencoba mencari kesalahan dalam video itu, pikirnya.
"Bagi seorang ahli untuk membuat sedemikian rupa, hao itu sangatlah mudah. Hn, kalau diizinkan boleh pinjam Smartphonemu beberapa menit?" ucap Adi.
"Oh ini, silahkan pakai!"
Adi lalu mengklik Google chrome, mengetik serangkaian kode yang tidak diketahui Monica. Lalu tampilan layar smartphone berubah, Adi kemudian menyalin Link LouTube yang mengunggah video tentang dirinya.
Setelah beberapa saat hasilnya muncul. Terdapat waktu saat pengunggah video menampilkannya di Loetube. Lalu terlihat juga email akun yang mengunggah.
Adi mengklik emali tersebut dan muncullah layar kecil berisi notifikasi. Jarinya kemudian mengklik kata IMEI dan keluar dari Google chrome.
Pindah ke Google map dan mempaste nomor IMEI ke kolom pencarian. Lalu peta dari kampus muncul dan terdapat sebuah titik merah beberapa puluh meter dari keduanya.
Adi menatap arah dimana titik merah itu berasal. Di sana terdapat beberapa anak muda yang berkumpul sedang membahas sesuatu.
Sebelum mengembalikan pada Monica, Adi mensetting ulang semuanya. Setelah selesai, dia mengembalikannya pada Monica.
"Ini aku sudah selesai, terima kasih ya!"
"Iya, sama-sama!"
"Kamu gak ada jam?"
"Yah! Hari ini dosen yang mengajar sedang ada halangan, jadinya pelajaran ditunda. Tapi dia sempat memberitahu melalui Email untuk tugas Minggu depan."
Adi mengangguk saat mendengar penjelasan Monica, untuk menjawab pertanyaan darinya.
"Begitu, oh iya! Dimana dua orang temanmu itu?"
"Oh mereka sedang ada jam! Mungkin akan segera muncul. Katanya hari ini mereka cuman satu mata kuliah." jawab Monica.
Setelah mendengar penjelasan itu, Adi ingin beranjak dari situ. Namun Monica malah menggumam sesuatu.
"Ah, tidak disangka penjahat itu sudah di tangani. Tapi kenapa dia malah membebaskannya, ya?"
Langkah Adi terhenti saat mendengar gumaman Monica itu. Timbul sebuah pertanyaan di kepalanya dan dilontarkan pada Monica.
"Jadi menurut dirimu, apa yang dilakukan oleh Pria bertudung itu salah?" tanya Adi.
"Ah kau mendengar ya. Aku hanya membual tidak karuan."
"Tidak mengapa, jika kau gak mau menjelaskannya."
Mendengar Adi menjawab seperti itu. Membuat Monica tidak enak hati, jika tidak dijelaskan apa maksud gumamannya barusan.
"Bukan begitu Loh, aku tidak menyangka kalau pendengaranmu sangat tajam." Respon Monica
Adi memicing saat mendengar ucapan Monica, "kenapa kesannya aku seperti orang yang ahli menguping ya." Balas Adi sambil bersedekap.
Alis Monica mengedut saat Adi mengatakannya sambil bersikap begitu, dia juga terkejut dengan kesimpulan yang diucapkan pemuda itu.
"Bu-bukan begitu juga, sudahlah! Yang kumaksud itu, untuk apa pria bertudung mengalahkannya kalau ujung-ujungnya malah dibebaskan."
Adi mencerna apa yang diucapkan oleh Monica. Akalnya membenarkan ucapan Monica, tindakannya itu seperti seorang yang menjebak kelinci untuk makan. Tapi saat sudah dapat kelinci itu di lepaskan.
Namun hatinya merasa tidak nyaman, karena pemuda yang dia hadapi semalam. Itu sama-sama berasal dari organisasi yang mendidiknya.
"Lalu tindakan apa yang kau ambil, bila berada di situasi tersebut?" tanya Adi penasaran.
"Tentu saja, aku akan meringkus orang tersebut. Lalu menyerahkannya pada pihak berwajib, seperti yang dilakukan oleh Virgo. Kau tahu kan?"
Lagi-lagi jawaban Monica masuk akal menurut pikirannya, tapi batinnya menyangkal kalau keputusan itu yang dia ambil. Maka dia seperti berlagak menjadi pahlawan.
'Tujuanku bukan untuk menjadi pahlawan atau sebagainya. Aku hanya ingin bisa menikmati kehidupan normal.' batin Adi.
"Kau memiliki hati yang murni Monica, aku iri dengan dirimu. Terima kasih, telah meminjamkan Smartphonenya." ucapnya sambil membalikan badan untuk beranjak.
"Oh, sama-sama! Kau sudah mau bekerja ya!"
"Iya, lain kali kalau aku butuh sesuatu. Boleh minta tolong lagi, kan?" tanya Adi ragu.
"Hahaha! Kau jangan pernah sungkan, jika ada sesuatu yang kau perlukan kabari saja! Ini nomorku!" ucap Monica seraya menyerahkan nomor ponselnya.
Wajah Adi tampak rumit, sedangkan Monica baru menyadarinya. Segera dia tersenyum kaku.
"Aah! Aku lupa kalau kau belum punya Smartphone, maaf bukan maksudku untuk mengejek! Kalau begitu, nanti kalau kau sudah-"
Ucapan Monica terhenti, saat Adi dengan lembut mengambil kertas yang hendak dimasukan ke dalam tasnya.
"Aku ambil, besok aku akan membelinya. Tidak apa-apa kan?" ucap Adi seraya menatap Monica ditambah sebuah senyum simpul.
Monica tersipu, saat Adi mengatakan itu dan memberinya senyum. Tidak dia duga kalau petugas kebersihan ini bisa bersikap seperti itu.
"Bo-boleh kok! Kalau kau sudah punya smartphone nanti, hubungi saja nomor yang baru kuberikan."
"Beres, oke aku lanjut kerja dulu ya!" ucapnya sambil melenggang pergi.
"Iya, hati-hati!" jawab Monica.
Tanpa disadari Monica, Adi memberikan tatapan pada pemuda yang masih berkumpul sedang berdiskusi itu.
Mereka tampak serius membahas sesuatu. Yang paling bersemangat adalah pria dengan T-shirt abu-abu dengan celana jeans biru gelap. Dia mengenakan sepatu merek Adodus warna putih.
"Sepertinya, malam ini aku harus keluar dengan kostum itu lagi!"